Sabtu, 05 September 2015

Sepasang Mata Biru

Hari ini langit bagaikan lautan bintang, sinar bulan purnama menambah indahnya pemandangan malam. Ditemani dengan hembusan angin, aku berbaring dibawah cakrawala, menikmati kesunyian yang ditawarkan sang bumi. Dinginnya malam tak menusuk tulangku, bahkan memberikan ketenangan bagi ragaku yang sudah sangat lelah ini. Seketika aku teringat akan sesuatu. Hai bulan dan bintang, maukah kau mendengar kisah ku?

Saat itu aku sedang bermain disebuah taman, berayun menikmati lembutnya terpaan angin senja. Taman yang tak jauh dari tempat tinggal ku memiliki banyak permainan yang bisa dinikmati, sehingga tak jarang banyak anak atau bahkan remaja sepertiku yang menikmati waktu senggangnya di tempat yang tidak terlampau luas ini. Aku sendiri sering menghabiskan waktu secara sendirian. Ya, aku suka sekali menyendiri, terasa lebih nyaman dan tenang.

Sore itu menjadi sore yang tidak seperti biasanya sepanjang hidupku. Aku memang berayun di ayunan tengah seperti biasa, sendirian menikmati segarnya angin ditemani dengan sepasang earphone dan lentunan lagu, namun kali ini ada yang berbeda. Terlihat sesosok pria sedang berbaring dalam kolam pasir tak jauh dari tempatku, pria yang tidak pernah ku lihat sebelumnya. Ia memiliki kaki yang jenjang, wajah yang terlihat begitu tenang berbaring diatas tumpukan pasir, ditambah dengan kulit putihnya yang tanpa disadari menghipnotis mata ini untuk terus memandangnya.

Sadar akan ada yang memperhatikannya, pria itu terbangun. Sepasang mata berwarna biru miliknya menatap mataku. Tatapannya begitu tajam, namun masih terasa hangat, sungguh indah. Pria itu kemudian beranjak dari tempatnya, melangkahkan kakinya meninggalkan taman. Pandanganku tak bisa lepas darinya, mataku masih memperhatikannya sampai bayangannya menghilang. Aneh... itulah yang kurasakan saat itu.

Hari berganti, kakiku seperti biasa melangkah menuju taman itu. Namun kali ini, aku datang bukan untuk menikmati kesendirianku. Sesungguhnya aku ingin mencari sesuatu, ya pria hari kemarin. Entah mengapa mataku merindukan sosok pria itu. Dengan penuh harapan akan bertemu dengannya lagi, aku melaju dengan langkah yang bersemangat.

Langit hampir gelap, posisiku tidaklah berubah sejak tadi. Sebuah ayunan bagian tengah yang menghadap ke kolam pasir, itulah tempat langgananku. Sudah beberapa jam aku berayun, menantikan kehadiran sang pemilik mata indah itu. Nampaknya ia tidak hadir hari ini, ku paksa kakiku untuk tidak melangkah pulang. Menunggulah sedikit lagi, berharaplah lagi, menantikan kedatangannya.

Hai penerang malam, tahukah kau apa yang terjadi saat itu? saat aku menaruh harapan dan menghabiskan waktuku ditaman itu, menantikan si pemilik mata biru nan indah itu? ya.. kalian benar, ia tidak muncul. Ia tidak menampakan dirinya. Hingga saat ini, aku tidak pernah melihat sepasang mata seperti itu lagi. Setiap sore aku seperti biasa aku berada di taman, namun diriku tidak menemukan apa yang sedang ku cari. Entah mengapa aku begitu terobsesi dengan sepasang matanya. Mengapa tanyamu? Sesungguhnya akupun tak tahu hai bintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar